Jakarta, CNBC Indonesia - Upaya damai yang sempat dipuji Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump antara Thailand dan Kamboja kini di ambang kegagalan. Pemerintah Thailand mengumumkan penghentian sementara pelaksanaan perjanjian damai usai ledakan ranjau darat di perbatasan melukai empat tentaranya pada Senin (10/11/2025).
Langkah ini menandai kemunduran besar dari kesepakatan yang baru ditandatangani bulan lalu di Malaysia dalam sebuah upacara yang disaksikan langsung oleh Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.
Saat itu, Trump menyebut deklarasi perdamaian tersebut sebagai "kemenangan diplomatik besar" dan bukti keberhasilan upayanya mengakhiri konflik global.
Namun hanya beberapa pekan berselang, harapan itu pupus. Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Thailand, Jenderal Ukris Boontanondha, menegaskan negaranya menghentikan semua implementasi perjanjian.
"Saya menghentikan semua perjanjian sampai Kamboja dengan jelas dan tulus menunjukkan bahwa mereka tidak akan bersikap bermusuhan," tulis Ukris dalam unggahan Facebook resmi militer Thailand.
Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, juga menguatkan pernyataan itu. "Semuanya harus dihentikan. Apa yang telah kami terapkan selama ini harus dianggap berhenti sampai ada kejelasan," kata Anutin di Markas Besar Kepolisian Kerajaan Thailand.
Ledakan ranjau di Provinsi Sisaket, Thailand timur laut, disebut sebagai pemicu utama langkah ini. Militer Thailand menuduh Kamboja memasang ranjau baru di area yang seharusnya sudah dibersihkan, melanggar kesepakatan damai yang difasilitasi oleh AS.
Juru bicara Angkatan Darat Thailand, Mayor Jenderal Winthai Suvaree, mengatakan pelanggaran tersebut "pasti akan berdampak pada berbagai perjanjian yang telah dibuat."
Namun, Kamboja membantah tuduhan tersebut. Kementerian Luar Negeri Kamboja dalam pernyataan resminya menegaskan bahwa "Kamboja tidak dan tidak akan pernah memasang ranjau darat baru". Pihak Phnom Penh bahkan menyebut keputusan Thailand menangguhkan deklarasi damai "disesalkan," sembari menegaskan komitmen untuk melanjutkan implementasi perjanjian.
Deklarasi damai yang disaksikan Trump pada akhir Oktober semula dianggap sebagai terobosan besar. Kesepakatan itu mencakup penarikan senjata berat dari perbatasan, pembersihan ranjau, serta komitmen meredakan ketegangan setelah konflik berdarah pada Juli lalu yang menewaskan puluhan orang dan mengungsikan lebih dari 200.000 warga.
Bagi Trump, momen itu dipandang sebagai pembuktian atas klaim kampanyenya untuk "mengakhiri perang dan membawa perdamaian." Namun, perkembangan terbaru menunjukkan kesepakatan itu rapuh sejak awal.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 10 Update Perang Thailand-Kamboja, Gencatan Senjata-Penembakan Massal

1 hour ago
2

















































