Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa kopi global Starbucks resmi melepas kendali operasionalnya di China kepada perusahaan investasi asal Negeri Tirai Bambu, Boyu Capital. Nilai transaksi mencapai US$4 miliar atau sekitar Rp66 triliun.
Laporan Reuters menyebut berdasarkan kesepakatan tersebut, Starbucks dan Boyu akan membentuk usaha patungan untuk mengelola sekitar 8.000 gerai di China. Boyu akan memegang hingga 60% saham, sementara Starbucks mempertahankan 40%.
Langkah ini menjadi perubahan strategis besar bagi Starbucks setelah beroperasi lebih dari 26 tahun di pasar China. Dengan kemitraan ini, Starbucks berharap dapat menggabungkan kekuatan merek globalnya dengan pemahaman lokal Boyu untuk memperluas jangkauan ke kota-kota kecil dan wilayah baru.
"Pengetahuan dan keahlian lokal Boyu yang mendalam akan membantu mempercepat pertumbuhan kami di Tiongkok, terutama seiring kami berekspansi ke kota-kota kecil dan wilayah baru," kata CEO Starbucks, Brian Niccol, dikutip dari AFP, dikutip Sabtu (8/11/2025).
China menjadi pasar terbesar kedua bagi Starbucks setelah Amerika Serikat. Namun, persaingan di negara itu semakin ketat, terutama dengan kehadiran jaringan kopi lokal seperti Luckin Coffee yang menawarkan harga lebih terjangkau dan inovasi menu yang menarik pelanggan muda.
Starbucks memperkirakan nilai total bisnis ritelnya di China akan melampaui US$13 miliar dalam dekade mendatang. Estimasi ini mencakup hasil penjualan, kepemilikan saham yang tersisa, serta pendapatan lisensi jangka panjang.
Kantor pusat bisnis Starbucks di China akan tetap berlokasi di Shanghai. Perusahaan menargetkan ekspansi hingga 20.000 gerai di masa depan. Kesepakatan ini diperkirakan rampung pada kuartal-II tahun fiskal 2026, menunggu persetujuan dari regulator setempat.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Absen Bagi Dividen, Sinar Terang Mandiri (MINE) Fokus Ekspansi Bisnis

1 hour ago
2

















































