Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia perlu mewaspadai kemungkinan munculnya tiga gelembung (bubble) di pasar keuangan, termasuk pada sektor kecerdasan buatan (AI).
Hal ini disampaikan oleh Presiden World Economic Forum (WEF) Borge Brende, di tengah jatuhnya saham-saham teknologi global.
Sejumlah broker dan analis menilai penurunan tersebut perlu dihadapi dengan sikap hati-hati, meski belum mengarah pada kepanikan. Pasalnya, pasar saham sebelumnya terus mencetak rekor dan beberapa valuasi dinilai sudah terlalu tinggi.
"Kita kemungkinan akan melihat gelembung ke depan. Pertama adalah gelembung kripto, kedua gelembung AI, dan ketiga adalah gelembung utang," ujar Brende dikutip dari Reuters, Sabtu (8/11/2025).
Ia menambahkan bahwa tingkat utang pemerintah saat ini adalah yang tertinggi sejak 1945.
Selama beberapa bulan terakhir, pasar seolah mengabaikan kekhawatiran mengenai suku bunga tinggi, inflasi yang tetap tinggi, serta gejolak perdagangan.
Kenaikan pasar sebagian didorong oleh harapan bahwa AI dapat mengubah prospek ekonomi global dan bisnis.
Menurut Brende, AI menawarkan potensi peningkatan produktivitas yang besar, namun juga dapat mengancam banyak pekerjaan kantoran.
Ia mencontohkan adanya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang telah diumumkan oleh sejumlah perusahaan seperti Amazon dan Nestle.
"Dalam skenario terburuk, kita bisa melihat munculnya 'Rust Belt' (wilayah industri yang merosot) di kota-kota besar yang memiliki banyak kantor dan pekerja profesional yang lebih mudah digantikan oleh AI," ungkapnya.
Namun, ia juga mengingatkan sejarah menunjukkan bahwa perubahan teknologi pada akhirnya meningkatkan produktivitas, yang kemudian menjadi dasar peningkatan kesejahteraan.
"Dengan produktivitas yang lebih tinggi, upah dapat meningkat dan kesejahteraan masyarakat juga ikut naik," pungkasnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani Buka Suara Efek Iran Vs Israel: Ini Tidak Baik!

2 hours ago
2
















































