Dedolarisasi Terjadi! Orang-orang Kini Terus Buang Dolar

6 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Chatib Basri meyakini, dedolarisasi kini tengah terjadi. Kondisi itu ditandai dengan makin melemahnya indeks dolar saat perekonomian AS mulai ambruk.

"Ada kecenderungan yang disebut dedolarisasi saat ini," kata Chatib Basri dalam acara DBS Asian Insights Conference di Jakarta, dikutip Kamis (22/5/2025).

Sebagaimana diketahui, indeks dolar terhadap mata uang utama dunia lainnya, yakni DXY terus mengalami pelemahan. DXY kini meninggalkan level 100, tepatnya ke angka 99,93 pada pukul 08:57 WIB kemarin, dengan penurunan hingga 0,19%.

Chatib mengatakan, kondisi itu dipicu oleh makin besarnya potensi resesi di Amerika Serikat, imbas kebijakan perang tarif yang dikeluarkan Presiden AS Donald Trump kepada negara-negara mitra dagang utamanya, khususnya China.

Potensi resesi AS kata Chatib kini telah mencapai level kisaran 40%, karena perang dagang Trump 2.0 berpotensi menaikkan tekanan inflasi di AS saat ekonominya masih dalam kondisi tertekan, dan bank sentralnya, yakni The Federeal Reserve atau The Fed tak bisa berbuat banyak untuk menyesuaikan suku bunga acuannya.

The Fed, menurut Chatib, kini berada di persimpangan jalan, sebab bila memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan Fed Fund Rate untuk menggeliatkan ekonomi AS, tekanan inflasi tinggi menghantui. Sementara itu, bila menaikkan lagi suku bunga, ekonomi AS makin tertekan.

"Dalam situasi seperti ini, saya akan katakan bahwa tren dedolarisasi akan terjadi, meskipun tidak akan menggantikan peran AS sebagai mata uang utama dunia, setidaknya selama lima tahun ke depan," tegasnya.

Chatib pun meyakini, tekanan terhadap mata uang dolar ini akan terjadi dalam jangka waktu menengah. Efeknya, nilai tukar negara-negara lain, seperti rupiah akan terus menguat.

Per kemarin pun, setelah Bank Indonesia mengumumkan pemangkasan suku bunga acuan BI Rate, kurs rupiah mampu balik ke level kisaran Rp 16.390 atau menguat 0,12% dan menandai penguatan selama lima hari beruntun.

"Jadi menurut saya, dalam situasi seperti ini, saya tidak akan terkejut jika dalam jangka menengah, kita akan melihat depresiasi dolar AS terhadap mata uang utama," ucap Chatib.


(haa/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Ekonom 'Terbelah', 50% Proyeksi BI Pangkas Bunga di Mei 2025

Next Article Daftar Ekonom Paling Berpengaruh di Dunia, Ada dari Indonesia

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |