Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir kuartal III-2025 atau per 30 September 2025 ditutup di level 8.061 dengan total kapitalisasi pasar (Market Cap) bursa saat itu mencapai Rp 11.812 Triliun.
Pergerakan IHSG sepanjang tahun ini hingga akhir kuartal III-2025 ditopang oleh konsentrasi modal yang besar di beberapa emiten.
Lantas, apa yang terjadi jika sekelompok emiten tersebut mengalami aksi jual masif, namun setengah dari dananya tidak keluar dari bursa?
Sebuah stress test hipotetis dapat membedah skenario ini. Skenario ini mengasumsikan investor melakukan rotasi dana 50%: mereka menjual 22 saham terafiliasi konglomerasi, namun 50% dari dana tersebut diinvestasikan kembali ke emiten blue chip lainnya.
Daftar Perusahaan Yang Dikeluarkan Dari IHSG
Daftar 22 emiten yang disimulasikan "hilang" adalah:
Grup Prajogo Pangestu:
BREN (PT Barito Renewables Energy Tbk)
BRPT (PT Barito Pacific Tbk)
TPIA (PT Chandra Asri Pacific Tbk)
CDIA (PT Cardig Aero Services Tbk)
CUAN ( PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk)
PTRO (PT Petrosea Tbk)
Grup Happy Hapsoro
BUVA (PT Bukit Uluwatu Villa Tbk
MINA (PT Sanurhasta Mitra Tbk)
RAJA (PT Rukun Raharja Tbk)
RATU (PT Mitra Energi Persada Tbk)
SINI (PT Singaraja Putra Tbk) 
Grup Haji Isam
MLPT (PT Multipolar Technology Tbk)
CBRE (PT Cakra Buana Resources Energi Tbk)
DADA (PT Diamond Citra Propertindo Tbk)
PIPA (PT Sinergi Inti Plastindo Tbk)
GPSO (PT Geoprima Solusi Tbk)
OLIV (PT Oscar Mitra Sukses Sejahtera Tbk) 
Grup Tambahan:
MLPT (PT Multipolar Technology Tbk)
CBRE (PT Cakra Buana Resources Energi Tbk)
DADA (PT Diamond Citra Propertindo Tbk)
PIPA (PT Sinergi Inti Plastindo Tbk)
GPSO (PT Geoprima Solusi Tbk)
OLIV (PT Oscar Mitra Sukses Sejahtera Tbk)
Analisis Perhitungan Kasar (Total Market Cap)
Analisis ini menggunakan perhitungan kasar berbasis Total Kapitalisasi Pasar (Total Market Cap) untuk melihat dampak proporsionalnya.
TMC 22 Emiten 'Hilang': Berdasarkan data jumlah saham beredar dan harga penutupan, nilai total market cap dari 22 emiten tersebut adalah Rp 3.120 Triliun. (Nilai ini didominasi oleh BREN (Rp 1.254 T), TPIA (Rp 668 T), BRPT (Rp 352 T), MLPT (Rp 276 T), CDIA (Rp 209 T), CUAN (Rp 182 T), dan PGUN (Rp 106 T)).
Skenario Rotasi Dana 50%
Dana yang 'Diselamatkan' (Re-investasi): 50% x Rp 3.118,9 T = Rp 1.559,45 Triliun (Dana ini diasumsikan tetap berada di dalam IHSG, hanya berpindah ke saham lain).
Dana yang 'Net Hilang' (Capital Outflow): Ini adalah sisa 50% yang benar-benar keluar dari pasar. 50% x Rp 3.118,45 T = Rp 1.559,45 Triliun
Total Market Cap IHSG (Baru): Nilai Net Loss tersebut dikurangkan dari Total Market Cap IHSG awal. TMC Baru = Rp 11.812 T - Rp 1.559,45 T = Rp 10.252,55 Triliun
IHSG Baru = (TMC Baru / TMC Awal) x IHSG Awal
IHSG Baru = (Rp10.252,55T / 11.812T) x 8.061
IHSG Baru = 0,8679 x 8.061
IHSG Baru = Estimasi 7.001,59
Dengan asumsi rotasi dana 50% sebagai simulasi, skenario ini menunjukkan jika terjadi aksi jual besar-besaran di 22 saham 'konglo' tersebut, namun setengah dari dananya berhasil dirotasi ke saham-saham fundamental lainnya, Indeks akan terkoreksi ke level sekitar 6.996.
Ini membuktikan bahwa selama likuiditas tetap berputar di dalam pasar domestik-bukan capital flight ke luar negeri-dampak kehancuran di satu sektor dapat diredam oleh sektor lainnya, meskipun koreksinya tetap signifikan dari level saat ini.
DISCLAIMER
Perhitungan ini adalah SIMULASI KASAR dan BUKAN KENYATAAN.
Hasil simulasi ini (7.001,59) tidak mencerminkan level IHSG yang sebenarnya akan terjadi. Alasan utamanya adalah:
Metodologi Berbeda: Simulasi ini sengaja menggunakan Total Kapitalisasi Pasar untuk menunjukkan dampak bobot secara "kotor".
Metodologi Resmi BEI pada kenyataannya, IHSG saat ini menggunakan metode Free Float Adjusted Market Cap. Metode free float ini menghitung bobot saham berdasarkan porsi publik yang beredar, sehingga bobot emiten-emiten tersebut di IHSG resmi sudah dikecilkan (tidak sebesar perhitungan di atas).
Perhitungan ini jauh lebih kompleks sehingga tim tidak menggunakan metode ini dalam proses perhitungan serta pemaparan analisis. Oleh karena itu, simulasi ini hanyalah eksperimen hipotetis untuk tujuan edukasi, bukan prediksi pasar.
Meski demikian, perhitungan ini tetap membuktikan bahwa turunnya harga saham milik para konglomerat konglomerat ikut membuat IHSG tersungkur tajam, apalagi jika saham-saham lain yang melejit signifikan tapi belum dimasukkan dalam perhitungan di atas seperti DCI Indonesia (DCII) hingga Dian Swastatika Sentosa (DSSA).
-
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(gls/gls)

 8 hours ago
                                3
                        8 hours ago
                                3
                    
















































