Kadiskes Sarankan Pengadaan Larvasida Desa-Desa Endemik
 Plt Kadis Kesehatan Mursal didampingi Kasubbag Program Apriadi dan pejabat Fungsional Dinkes, saat dikonfirmasi Waspada.id di ruang kerjanya, Jumat (31/10). Waspada.id/Aris
  
    
  
  
      Plt Kadis Kesehatan Mursal didampingi Kasubbag Program Apriadi dan pejabat Fungsional Dinkes, saat dikonfirmasi Waspada.id di ruang kerjanya, Jumat (31/10). Waspada.id/Aris
  Ukuran Font
Kecil Besar
14px
SINGKIL (Waspada.id): Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh, tahun 2025 mengalami peningkatan drastis dari tahun sebelumnya.
Hingga akhir September 2025, angka DBD di Kabupaten Aceh Singkil sudah mencapai jumlah 130 kasus. Sementara kasus DBD pada tahun sebelumnya (2024) hanya sebanyak 31 kasus.
Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN
Plt Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Aceh Singkil Mursal SKM MMKes didampingi Kasubag Program Apriadi yang dikonfirmasi Waspada.id diruang kerjanya, Kamis, (30/10) mengungkapkan, kasus DBD meningkat drastis dari tahun lalu hingga mencapai 130 kasus per September 2025.
Hal ini disebabkan karena perilaku masyarakat yang kurang kesadaran menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Sebab ini salah satu solusi untuk mencegah penyebaran penyakit DBD yang disebabkan nyamuk Aedes Aegypti.
Dijelaskannya, persoalan kesehatan ini ditentukan oleh 4 faktor. Yakni faktor lingkungan, faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan faktor genetik.
Sementara di Aceh Singkil ini kondisi lingkungannya banyak genangan air yang menyebabkan tempat jentik nyamuk berkembang biak.
Sehingga sangat penting tindakan yang dilakukan yakni pembersihan sarang nyamuk (PSR). “Kondisi lingkungan kita buruk tambah perilaku tidak sehat, jadi lengkap la dia semua,” ucap Mursal.
Sementara itu, jumlah kasus tertinggi DBD ini paling banyak di Simpang Kanan, yakni sebanyak 53 kasus, disusul Kecamatan Gunung Meriah sebanyak 44 kasus.
Kemudian kecamatan Singkil Utara berjumlah 16 kasus, Kecamatan Singkil 10 kasus.
Selanjutnya Pulau Banyak dan Singkohor masing-masing 2 kasus. Kemudian Danau Paris, Suro dan Kecamatan Kuala Baru masing-masing 1 kasus.
“Pulau Banyak Barat dan Kuta Baharu bersih dari DBD,” terang Mursal.
Begitupun katanya, kebiasaan masyarakat saat ini setelah ada kasus minta di foging. Padahal foging hanya untuk memberantas nyamuk dewasa. Untuk jentik-jentik nya masih terus berkembang biak dan menjadi ancaman DBD selanjutnya
Untuk antisipasi penyebarannya, Dinas Kesehatan terus gencar melakukan sosialisasi secara langsung maupun iklan di radio. Agar masyarakat rutin membersihkan bak mandi dan tempat penampung air lainnya, yakni dengan menguras, membersihkan dan menimbun tempat-tempat yang bisa menampung air.
Lebih lanjut Mursal mengungkapkan, pihaknya telah berkordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan Kemendes saat berlangsungnya zoom serentak.
Dalam zoom yang berlangsung tersebut, Kemendes memperbolehkan dana desa untuk penanganan kesehatan terkait malaria dan DBD di desa.
Jadi solusinya untuk penanganan DBD ini, agar desa-desa endemik, perlu pemberantasan jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti, yakni dengan insektisida dan Larvasida.
Untuk pemberantasannya setelah foging perlu membunuh jentik-jentik nyamuknya dengan insektisida dan larvasida ini
“Penggunannya jangan yang ditabur, bisa hanyut. Jadi dibungkus saja dengan kain seperti teh celup, kemudian diikat di genangan-genangan air, ini bisa tahan lama,” terang Mursal.
Sehingga pengadaannya larvasida ini bisa menggunakan dana desa setelah dibuatkan regulasi dan dikeluarkan Perbup oleh bupati, pungkasnya. (id81)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.





 9 hours ago
                                2
                        9 hours ago
                                2
                    
















































