Dunia Siaga Perang Nuklir, Trump Titahkan Uji Coba Atom

6 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan global kembali memuncak setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara mendadak memerintahkan dimulainya kembali uji coba senjata nuklir. Langkah ini belum pernah diambil Washington sejak lebih dari tiga dekade lalu.

Pengumuman Trump yang disampaikan melalui media sosial, sesaat sebelum pertemuannya dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan, langsung mengguncang komunitas internasional.

"Karena negara-negara lain sedang menguji programnya, saya telah menginstruksikan Departemen Perang untuk mulai menguji senjata nuklir kami secara setara," tulis Trump di platform Truth Social, dikutip AFP, Jumat (31/10/2025).

Wakil Presiden AS JD Vance membela keputusan tersebut, dengan alasan pengujian perlu dilakukan untuk memastikan sistem persenjataan Amerika "berfungsi dengan baik." Namun, ia menolak menjelaskan apakah yang dimaksud Trump adalah uji sistem atau ledakan aktif.

Langkah Trump ini langsung memicu kekhawatiran akan kembalinya era perlombaan senjata nuklir. Rusia dan China, dua kekuatan nuklir utama dunia, merespons cepat.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan Rusia tidak melakukan uji coba nuklir sebagaimana dituduhkan Trump.

"Presiden Trump menyebutkan bahwa negara lain sedang menguji senjata nuklir. Sampai sekarang, kami tidak tahu ada pihak yang melakukan pengujian," ujarnya dikutip Newsweek.

Namun, Peskov juga memberi sinyal keras bahwa Moskow siap menanggapi secara setara jika Washington benar-benar melanjutkan pengujian. "Jika Amerika memulai, kami tidak akan tinggal diam," katanya.

Dari Beijing, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun mendesak Washington agar "mematuhi Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT)" dan tidak memicu instabilitas global.

"Kami mendesak AS mengambil tindakan praktis untuk menjaga keseimbangan strategis dan mencegah runtuhnya rezim non proliferasi internasional," ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan bahwa "uji coba nuklir tidak boleh diizinkan dalam keadaan apa pun," menyoroti meningkatnya risiko kesalahan kalkulasi antar negara bersenjata nuklir.

Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), Rusia saat ini memiliki 5.489 hulu ledak nuklir, disusul AS dengan 5.177 dan China sekitar 600.

Trump sendiri mengklaim langkahnya justru bertujuan mendorong "denuklirisasi global". "Denuklirisasi akan menjadi hal yang luar biasa," kata Trump kepada wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One. Namun, perintahnya justru dinilai banyak pihak sebagai sinyal dimulainya kembali perlombaan senjata nuklir global.

Amerika Serikat terakhir kali melakukan uji coba nuklir aktif pada 1992, di Situs Keamanan Nuklir Nevada. Sejak itu, Washington hanya menjalankan eksperimen subkritis menggunakan simulasi komputer.


(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Sekjen NATO Beri Sinyal Perang dengan Rusia, Ungkap Waktunya

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |